Berbicara pada beberapa rekan Guru Sekolah Dasar mengenai sepinya perpustakaan yang pada saat ini yang nampak jauh kalah menarik dibanding dengan media televisi atau internet yang menawarkan permainan dan berbagai tontonan yang sangat di gemari anak-anak, dari beberapa faktor sepinya perpustakaan, ada beberapa rekan Guru yang berpendapat bahwa faktor tersebut memang karena minat baca siswa kita yang rendah yang erat kaitannya dengan lingkungan sekitarnya baik itu faktor SDM orang tuanya bahkan masyarakatnya.
Nah...kalau dipikir-pikir memang ada benarnya juga pendapat rekan saya tadi, namun demikian terbersit di benak saya apa mungkin faktor itu adalah momok yang menjadikan sepinya perpustakaan dan hilangnya kegemaran membaca ?
Undang-undang nomor 25 tahun tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) menjelaskan bahwa perpustakaan merupakan sumber daya pendidikan yang penting dalam upaya meningkatkan kualitas Pendidikan Prasekolah, Pendidikan Dasar dan Menengah. Dalam Renstra Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Departemen Pendidikan Nasional disebutkan bahwa kegiatan pokok dalam upaya peningkatan kualitas Pendidikan Prasekolah, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah diantaranya adalah peningkatan penyediaan penggunaan dan perawatan sarana dan prasarana pendidikan, termasuk buku dan alat peraga pendidikan, perpustakaan dan laboratorium bagi sekolah negeri dan swasta secara bertahap.
Apabila konsep tersebut telah terwujud maka betapa pentingnya perpustakaan di sekolah sehingga merupakan Pusat Sumber Belajar yang begitu besar dalam mendapatkan berbagai informasi dan pengetahuan. Fungsi Perpustakaan Sekolah dengan demikian tidak dapat dipandang remeh. Sekolah harus menyadari betul tentang hal ini
Keberadaan perpustakaan sekolah di suatu sekolah adalah sangat penting. Ibarat tubuh manusia, perpustakaan adalah organ jantung yang bertugas memompa darah ke seluruh tubuh. Bahkan karena sangat pentingnya keberadaan perpustakaan sekolah ini, pemerintah mencanangkan bulan September sebagai bulan gemar membaca dan hari kunjung perpustakaan.
Perpustakaan sekolah menyediakan informasi dan ide yang merupakan dasar keberhasilan fungsional dalam
masyarakat masa kini yang berbasis pengetahuan dan informasi. Perpustakaan sekolah membekali peserta didik berupa keterampilan pembelajaran sepanjang hayat serta imajinasi, memungkinkan mereka hidup sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Syarat mutlak peserta didik untuk dapat menggunakan perpustakaan adalah mereka harus bisa membaca dan mempunyai minat baca.Perpustakaan sekolah menyediakan informasi dan ide yang merupakan dasar keberhasilan fungsional dalam
Dalam dunia pendidikan, membaca mempunyai fungsi sosial untuk memperoleh kualifikasi tertentu sehingga seseorang dapat mencapai prestasi achievement reading, seseorang peserta didik agar memperoleh kelulusan dengan baik, harus mempelajari atau membaca sejumlah bahan bacaan yang direkomendasikan oleh pendidik, begitu sebaliknya seorang pendidik untuk meraih kualifikasi tertentu dalam mengajar atau menulis ilmiah juga harus didukung dengan kegiatan membaca berbagai bahan bacaan untuk selalu memperbaharui pengetahuannya secara kontinyu, sesuai dengan perkembangan yang ada.
Kebiasaan membaca merupakan sesuatu yang penting dan fundamental yang harus dikembangkan sejak dini dalam rangka untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan, baik pendidikan dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi.
Membaca adalah keterampilan pertama yang diajarkan guru kepada peserta didik di bangku sekolah. Pengertian membaca dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:72) adalah sebagai berikut: arti kata kerja (verb) baca atau membaca adalah (1) melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati); (2) mengeja atau melafalkan apa yang tertulis; (3) mengucapkan; (4) mengetahui, meramalkan; (5) menduga; memperhitungkan; memahami. Berdasarkan pegertian membaca tersebut ada 4 hal yang menjadi syarat agar kita dapat membaca dengan baik yaitu :
1. Pemahaman Tentang Huruf
2. Pemahaman Angka
3. Pemahaman tentang Gambar/kode
4. Pemahaman Bahasa
2. Pemahaman Angka
3. Pemahaman tentang Gambar/kode
4. Pemahaman Bahasa
Kalau kita coba melihat maupun mengambil contoh dengan pencapaian beberapa sekolah maupun lembaga non pemerintah lainnya yang cukup berhasil dengan pola-pola kreatif yang diterapkan dalam pengelolaan maupun sistem pelayanan perpustakaan.
Tren Perpustakaan Rekreatif
Perpustakaan Rekreatif adalah bentuk perpustakaan yang didesain dengan sedemikian rupa dengan koleksi multi media, baik bahan pustaka tercetak maupun terekam. Bahan pustaka dimaksudkan berdifat ringan dengan tujuan untuk memberikan penyegaran kembali badan atau pikiran. Pengguna akan merasa lebih enjoy dan fresh melalui layanan perpustakaan rekreatif. Perpustakaan rekreatif telah mulai diterapkan di perpustakaan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Perpustakaan ini dibagi 2 ruangan, yakni perpustakaan rekreatif yang berisi koleksi buku/tercetak dan perpustakaan rekretif yang berisi koleksi rekam, seperti ,VCD,DVD dan kaset. Perpustakaan tersebut didesain dengan nuansa yang santai dengan sistem layanan terbuka yang berbasis otomasi. Perabot dan desain ruangan dibuat berbeda dengan keadaan biasanya, sehingga tampaklah wajah/rupa yang baru. Penyajiannya dengan cara duduk di karpet (lesehan).
Apa ada tempat yang demikian ?Contoh Kecilnya, secara online mungkin bisa kita akses www.perkumpulanpusaka.org. Mereka yang berasal dari LSM (lembaga swadaya masyarakat) atau bahasa kerennya NGO (Non Government Organizasation) menyediakan Rumah Belajar Sarabakawa dengan fasilitas rumah baca, rumah multimedia, rumah berbagi yang secara linear saling keterkaitan seperti contoh:
Setiap orang yang membaca buku di tempat tersebut, setelah selesai dan bisa membuatkan resensi pada apa yang ia baca minimal satu lembar folio maka ia berhak mendapatkan tiket 1 jam internet gratis di rumah multimedia dan tentu penggunaan internet secara sehat pula, lain lagi di rumah berbagi ini sejenis kelompok baca, kelompok belajar baik melalui video yang mereka tonton di tempat tersebut dengan film-film terbaru namun berbagi makna positif dalam film tersebut, menyampaikan secara lisan apa yang mereka simak.
Itu memang hanya contoh kecil bagaimana ramainya perpustakaan dengan metode-metode yang atraktif seperti hal menempatkan kantin di dekat perpustakaan agar siswa kita bisa membaca buku sambil santai dengan ketentuan tertentu pastinya.
Umumnya, citra perpustakaan sekolah di mata para siswa adalah suatu ruangan kaku
sepi, membosankan, dan dengan buku-buku yang ketinggalan zaman pula. Suasana yang serba tidak menyenangkan ini tentu tidak akan menarik di kalangan siswa yang terbiasa dengan suasana ceria dan penuh warna dari televisi, dan mungkin dari internet. Jadi, memang tugas pengelola perpustakaan maupun guru untuk menjadikan perpustakaan dekat dengan siswa, sebagaimana siswa dekat dan akrab dengan kantin sekolah.
Minat membaca siswa tidak bisa diremehkan begitu saja. Persepsi siswa malas baca, perlu dihilangkan dari benak pendidik. Bila kita menganggap siswa tidak memiliki minat baca siswa akan menjadi seperti yang kita definisikan tersebut. Sebaliknya, jika kita mendefinisikan siswa sebagai pembaca yang tangguh, akan seperti itulah kenyataannya. Hal yang sebenarnya, para siswa sangat ingin membaca, tetapi minat mereka tidak dapat dipahami dengan baik oleh para guru dan pengelola perpustakaan sekolah, maka dari itu hendaknya kita para pendidik berhentilah memberi label sepinya perpustakaan karena “minat baca siswa yang rendah”. What do you think.?
Penulis
Deni Ranoptri
Guru SD Negeri 2 Garagata
0 komentar